Kwarta5.com, Tanjungpinang - Gubernur H Nurdin Basirun menginginkan sejarah Melayu, terlebih sejarah Kepulauan Riau sudah diajarkan kepada anak-anak sejak awal di sekolah-sekolah. Jika diberi sejak awal, mungkin pemahamannya akan semakin baik.
"Kalau sudah menjauh dari sejarah dan budaya kita, gempuran sejarah dan budaya asing sangat cepat," kata Nurdin saat memberi pandangan pada peluncuran buku Prasasti Bukit Siguntang dan Badai Politik di Kemaharajaan Melayu 1160-1946, dan peringatan ulang tahun Tanjungpinang Pos ke-7, di CK Hotel, Tanjungpinang, Jumat (28/10) malam.
Tanggapan Nurdin itu diberikan setelah sejumlah audien menginginkan agar sejarah Melayu, khususnya Kepulauan Riau masuk dalam pelajar di sekolah. Gubernur memang hadir di tengah sesi acara karena terlebih dahulu menghadiri pertemuan dengan 10 Duta Besar Negara Sahabat di Hotel Aston di saat yang sama.
Menurut Nurdin, dia sudah mulai membaca buku karya Budayawan Rida K Liamsi itu. "Saya terpesona dengan buku ini," kata Nurdin.
Gubernur mengaku tak ingin persoalan Marwah Melayu ke depan hanya tinggal slogan. Kebijakan yang dibuat, kata Gubernur, harus untuk kepentingan masyarakat. Apalagi kebijakan yang dibuat menyebabkan masyarakat Kepri hanya jadi penonton.
"Di Kepri, NKRI harga mati, marwah harus kita jaga," kata Nurdin.
Pada peluncuran buku tersebut, tampak hadir Wakil Ketua DPRD Kepri Husnizar Hood, Wali Kota Tanjungpinang Lis Darmasyah, tokoh masyarakat H Huzrin Hood, Wali Kota Batam 2005-2015 Ahmad Dahlan, mantan Ketua DPRD Riau Chaidir, Rektor Umrah Syafri Akhlus serta sejumlah budayawan, sejarawan, seniman dan masyarakat dari berbagai daerah.
Disalin : Humas Pemprov Kepri